BAB
I Studi Filologi
Filologi
Sebagai Satu Disiplin
A. Pengantar
Lahirnya
filologi dilatarbelakangi oleh faktor-faktor berikut:
1. Munculnya
informasi tentang masa lampau didalam seumlah karya tulisan pengetahuan.
2. Anggapan
adanya nilai-nilai yang terkandung dalam peninggalan tulisan masa lampau yang
dipandang masih relevan dengan kehidupan masa sekarang.
3. Kondisi
fisik dan substansi materi informasi akibat rentang waktu yang panjang
4. Faktor
sosial budaya yang melatar belakangi penciptaan karya-karya tulisan masa lampau
yang tidak adalagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya pembacanya masa
kini.
5. Keperluan
untuk mendapatkan hasil pemahaman yang akurat.
B. Etimologi Dan
Istilah
Kata
filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari
philos yang berarti teman dan logos yang berati pembicaraan atau ilmu. Dalam
perkembangannya, philologia kemudian diartikan sebagai senang kepada
tulisan-tulisan yang bernilai tinggi seperti karya-karya sastra.
Istilah
filologi digunakan untuk menyebut keahlian yang diperlukan dalam mengkaji
peninggalan tulisan yang berasal dari beratus tahun yang lampau, dicetuskan
pertama kali pada sekitar pada abad ke-3 SM oleh salah seorang ahli dari
Iskandariyah, Eratosthenes.
C. Macam macam
pengertian dalam sejarah pengertiannya
1. Filologi sebagai ilmu tentang pengetahuan yang pernah ada.
2.
Filoologi sebagai ilmu bahasa.
3.
Filologi sebagai ilmu sastra tinggi.
4.
Filologi sebagai study teks.
D. Dasar Kerja
Filologi
Filologi
diperlukan karena munculnya variasi-variasi dalam teks yang tersimpan dalam
naskah, gejala tersebut memperlihatkan gejala bahwa dalam penyalinan naskah,
teks senantiasa mengalami perubahan sehingga lahirlah wujud teks yang
bervariasi, dengan demikian filologi bekerja karena adanya sejumlah variasi.
E. Sasaran dan
Objek Kerja
Dari
sejarah lahirnya filologi sebagai istilah, dapat diketahui bahwa filologi
mempunyai sasaran kerja yang berupa naskah yaitu peninggalan tulisan masa
lampau. Ilmu yang berkaitan dengan naskah dan pernaskahan disebut kodikologi,
yaitu kajian filologi berupa teks, yaitu informasi yang terkandung dalam naskah
yang sering disebut juga muatan naskah. Ilmu yang berkaitan dengan teks yang
tersimpan dalam naskah disebut tekstologi.
F. Tujuan
1. Tujuan
umum:
a. Mengungkapkan
produk masa lampau melalui peninggalan tulisan
b. Mengungkapkan
fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya, baik pada masa lampau
maupun pada masa kini
c. Mengunggkapkan
nilai-nilai budaya masa lampau
2. Tujuan
Khusus:
a. Mengungkapkan
bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau
b.
Menggungkapkan sejarah
perkembangan teks
c.
Mengungkapkan sambutan masyarakat
terhadap suatu teks sepanjang penerimanya
d.
Menyajikan teks dalam bentuk yang
terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk suntingan
G. Metode
Sebagai
suatu disiplin studi filologi menuntut metode yang memadai, beberapa faktor
yang terlibat dalam kerja filologi menjadi pertimbangan dalam menetapkan
metode. Diantara faktor-faktor tersebut adalah
1.
Pandangan
tentang studi filologi yang dilatari oleh sikapnya terhadap variasi
2.
Kondisi sasaran
dan objek kerjanya seperti yang terlihat pada materialnya, pada sistem bahasa,
sistem sastra, dan konvensi sosial budayanya
3.
Besarnya jumlah
peninggalan tulisan yang memuat teks dan bentuknya yang bermacam-macam
4.
Kondisi bacaan
yang rusak atau korup
5.
Macam tujuan
kerja.
H. Ilmu Bantu
Karena
objek kajian filologi adalah naskah, maka filologi sangat erat kaitanya dengan
kodikologi (ilmu tentang naskah), dan karena objek kajiannya teks maka filologi
banyak berkaitan dengan tekstologi (ilmu tentang teks). Kerja filologi juga
memerlukan pula bantuan berbagai disiplin yang berkaitan dengan pengetahuan
tentang unsur-unsur yang terkait dengan naskah seperti bahan (kertas, kulit
kayu, kulit binatang daun papirus dll) tinta, tulisan, bahasa, dan yang
berkaitan dengan teks yang menjadi kandunganya, seperti yang berupa budaya,
sastra, sejarah, hukum, adat istiadat dan berbagai pengetahuan yang terkandung
di dalamnya.
I. Studi
Filologi di Indonesia
Studi
filologi yang diterapkan terhadap naskah-naskah nenek moyang bengsa indonesia
selama ini dilakukan dengan mengikuti pandangan yang berlaku di Eropa,
khususnya di Negeri Belanda. Yaitu suatu bangsa yng selama ini mempunyai
pengaruh besar di Indonesia. Pengertian filologi mengikuti pengertian
sebagaimana yang ada Di Negara Belanda, Ialah studi mengenal kebudayaan yang
didasarkan pada bahan tertulis dengan tujuan mengungkapkan informasi masa lampau
yang terkandung
di dalamnya.
BAB
II
Kedudukan
Filologi diantara Ilmu-Ilmu Lain
A.
Filologi
memerlukan ilmu bantu antara lain:
1. Linguistik,ada beberapa cabang yang
dapat membantu Filologi yaitu,Etimologi adalah ilmu yang mempelajari asal-usul
dan sejarah kata yang telah lama menarik perhatian ahli filologi, Sosiolinguistik
adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku
bahasa dan perilaku masyarakat,Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa
sastra,khususnya gaya bahasa.
2. Pengetahuan bahasa-bahasa yang mempengaruhi
bahasa teks yang terdiri dari Sansekerta,Nusantara,Arab,& Asing.Kegiatan
ini yang memerlukan pengetahuan bahasa-bahasa Nusantara ialah menyadur atau
menterjemahkan teks-teks lama Nusantara ke dalam bahasa Indonesia yang juga
merupakan kegiatan Filologi di samping kegiatan menyajikan teks-teks lama dalam
keadaan siap pakai oleh ilmu-ilmu lain.
3. Ilmu sastra,karena naskah-naskah
Nusantara kebanyakan mengandung teks sastrawi,yakni teks yang berisi cerita
rekaan(fiksi).
4. Pengaruh agama Hindu, Budha dan
Islam sangat diperlukansebagai bekal penanganan sebagian besar naskah-naskah
Nusantara, terutama untuk naskah-naskah yang berisi keagamaan yang biasa
disebut Sastra Kitab.
5. Sejarah kebudayaan, khanazah sastra
Nusantara di samping diwarnai oleh pengaruh agama Hindu, Budha dan Islam, juga
memperlihatkan adanya pengaruh sastra klasik India,Arab dan Persi.
6. Antropologi ialah suatu ilmu yang
berobyek penyelidikan manusia dipandang dari segi fisikya, masyarakatnya, dan
kebuayaannya.
7. Folkor itu sendiri
memperlihatkan jangkauan yang sangat luas, karena menyentuh setiap aspek
kehidupan tradisional.
B.
Filologi
sebagai Ilmu bantu Ilmu-ilmu lain
1. Linguistik sangat diperlukan dalam
penelitianya -penelitian linguistik, terutama yang berhubungan dengan
linguistik diakronik, terutama yang ada sangkut pautnya dengan hasil suntingan
teks yang berhubungan dengan masalah bahasa suatu teks.
2. Ilmu satra digunakan data untuk
penyusunan teori-teorinya didasarkan juga pada sastra lama bukan hanya pada
sastra baru.
3. Ilmu sejarah kebudayaan, unsur-unsur
budaya bidang musik, takaran, timbangan, ukuran, mata uang, dll
4. Ilmu hukum adat ialah adat yang
terbentuk dalam masyarakat selama peredaran masa, bukan peraturan yang
seluruhnya dibuat oleh raja sebagai penguasa.
5. Teks-teks keagamaan, penanangan
naskah sastra kitab secara Filologis sangat bermanfaat bagi ilmu sejarah
perkembangan agama.
6. Ilmu filsafat, dapat digali melalui
warisan budaya lama yang terwujud naskah atau teks sastra.
BAB III Sejarah Perkembangan
Filologi
A. Filologi di Eropa Daratan
Ilmu filologi berkembang di kawasan kerajaan
Yunani, yaitu di kota Iskandariyah di benua Afrika pantai utara.
1.
Awal Pertumbuhannya
Awal kegiatan filologi di kota
Iskandaria oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 S.M. dengan membaca naskah Yunani
lama yang mulai ditulis pada abad ke-8 S.M. dalam huruf Yunani kuno (Huruf
bangsa Funisia). Naskah itu berkali-kali disalin sehingga mengalami perubahan
dari bentuk aslinya.
Para penggarap naskah-naskah itu
dikenal dengan ahli filologi, di cetus oleh Eratosthenes. Para ahli filologi
memiliki ilmu yang luas karena dalam memahami isi naskah perlu mengetahui
huruf, bahasa, dan ilmu yang dikandungnya. Dan kemudian menuliskannnya kembali
sehingga dapat diketahui oleh masyarakat pada waktu itu.
Metode yang digunakan untuk menelaah
naskah dikenal dengan ilmu filologi. Metode taraf awal berkembang dari abad ke
abad hingga kini. Para ahli menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani lama yang
dikenal dengan aliran Iskandariyah.
Naskah yang ditulis oleh para budak
belian yang diperdagangkan di sekitar laut tengah ini bertujuan untuk kegiatan
perdagangan. Namun sering terjadi penyimpangan karena tidak memiliki kesadaran
terhadap nilai keotentikan naskah lama. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan
yang musti dilakukan oleh ahli filologi. Kerusakan atau kekorupan bahasa terjadi
karena ketidaksengajaan, bukan ahli dalam ilmu yang ditulis, atau karena
keteledoran penyalin.
Sesudah Iskandariyah jatuh ke dalam
kekuasaan Romawi, kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan, berpusat di
kota Roma dengan melanjutkan filologi Yunani (meneruskan mazhab Iskandariyah)
yang tetap menjadi bahan telaah utama dan bahasa Yunanai tetap digunakan. Pada
abad ke-1 perkembangan tradisi berupa pembuatan resensi terhadap naskah
berkelanjutan hingga pecahnya kerajaan Romawi pada abad ke-4 menjadi kerajaan
Romawi Barat dan Romawi Timur. Dan mempengaruhi perkembangan filologi
selanjutnya.
2. Filologi
di Romawi Barat dan Romawi Timur
a.
Filologi di Romawi Barat
¨ Filologi di Romawi Barat Penggarapan
di arahkan kepada naskah-naskah dalam bahasa latin yang berupa puisi dan prosa,
sejak abad ke-3 telah digarap secara filologi. Bahasa latin menjadi bahasa ilmu
pengetahuan. Adapun telaah naskah keagamaan yang dilakukan oleh pendeta dan
berakibat pada naskah Yunani yang mulai ditinggalkan, bahkan dipandang naskah
yang berisikan paham jahiliyah sehingga terjadi kemunduran.
¨ Filologi di Romawi Timur Telah
muncul pusat-pusat teks Yunani, misalnya di Antioch, Athena, Iskandariyah,
Beirut, Konstaninopel, dan Gaza. Selanjutnya berkembang menjadi perguruan
tinggi. Dalam periode itu mulailah muncul tafsir pada tepi halaman naskah,
disebut dengan scholia.
¨ Filologi di Zaman Renaisan Renaisans
di mulai dari Italia pada abad ke-13, menyebar ke negara Eropa lainnya dan
berakhir pada abad ke-16. Dalam arti sempit renaisan adalah periode yang di
dalamnya kebudayaan klasik diambil lagi sebagai pedoman hidup; dan dalam arti
luas adalah periode yang di dalamnya rakyat cenderung kepada dunia Yunani
klasik atau kepada aliran humanisme . Pada abad ke-15 jatuhnya kerajaan Romawi
Timur ke tangan bangsa Turki dan ahli filologi berpindah ke Eropa Selatan
(Roma). Penemuan mesin cetak di Gitenberg (Jerman) menyebabkan perkembangn baru
dalam bidang filologi. Di Eropa, filologi diterapkan untuk telaah naskah lama
nonklasik. Abad ke-19 ilmu bahasa atau linguistik berkembang menjadi ilmu yag
berdiri sendiri, terpisah dari ilmu filologi. Pada abad ke-20 pengertian
filologi di Eropa daratan tetap seperti semula ialah telaah teks klasik,
sedangkan di kawasan Angio-Sakson berubah menjadi linguistik.
B. Filologi di Kawasan Timur Tengah
Sejak abad ke-4 kota di Timur Tengah
memiliki pusat studi berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani,
seperti Gaza, Belrut, Edessa, dan Antioch. Abad ke-5 dilannda perpecahan
gerejani maka para ahli filologi berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini
naskah Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Siria dan bahasa Arab. Kota Harra
di Mesopotamia pernah menjadi pusat studi naskah Yunani, penduduknya yaitu
Sabean, suku yang tergolong kuno dan mahir dalam bahasa Arab.
Zaman dinasi Abasiyah, dalam
pemerintahan khalifah Mansur (754-775), Harun Alrasyid (786- 775), dan Makmun
(809-833). Puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani ada dalam pemerintakahn
Makmun.
Sebelum kedatangan agama Islam
Persia dan Arab memiliki karya yang terbilang mengagumkan misalnya Mu’allaqat
dan Qasidah. Kegiatan meluas ke kawasan luar Negara Arab setelah Islam
berkembang serta mistik Islam berkembang dengan maju di Persia, abad ke-10
hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia
pada abad ke-8 hingga abad ke-15 menyebabkan ilmu pengetahuan Yunani yang telah
diserap oleh bangsa Arab kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Abad ke-17
telaah teks klasik Arab dan Persia di eropa telah dipandang mantap, di
Cambridge dan Oxford. Dan abad ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuran
oleh Sivester de Sacy dengan nama Ecole des Langues Orientales Vivantes.
Sehingga lahirlah ahli orientalis Eropa, yaitu Etienne Qutremere (1782-1857),
De Slane, De Sacy (bapak para orientalis di Eropa).
C. Filologi di Kawasan Asia: India
India adalah bangsa yang dipandang
memiliki cukup dokumen peninggalan masa silam seperti prasasti dan
naskah-naskah. Kontak langsung dengan bangsa Yunani ada pada zaman Raja
Iskandar Zurkarnain yang mengadakan perjalanan sampai ke India pada abad ke-3
S.M. daerah Gadhara terdapat seni patung, bukti dari pengaruh Yunani. Patung
Buddha yang dipahat seperti patung Apollo. Perpaduan antar budaya Yunani,
Hindu, Buddha, dan Jaina dinamakan kebudayaan Gadhara, dan mencapai puncaknya
pada zaman raja Kaniska Kusana (ke-78 – 100).
Abad ke-1 terjadi kkontak antara
India dan Cina. Ada pula yang menterjemahkan naskah-naskah India ke dalam
bahasa Cina, yaitu Fa-hian, Hiuen-tsing, dan I-tsing. Kontak India dengan
bangsa Persi lebih awal dari bangsa-bangsa sebelumnya. Namun hubungan itu belum
memberikan informasi yang mantap. Masuknya karya sastra India Pancatantra yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Persi. Alberuni, seorang Arab-Persi, pernah
mengunjungi India pada tahun 1030 dan mempelajari naskah-naskah India untuk
mengetahui kebudayaan bangsa itu.
1. Naskah-naskah India Kesusastraan Weda (kitab suci agama
Hindu), kitab suci Brahmana, kitab Aranyaka, dan kitab Upanisad.
2. Telaah Filologi dari Naskah-naskah India
Sampai pertengahan abad ke-19 telah banyak dilakukan telaah
terhadap karya sastra klasik India. Dengan telah dilakukan studi terhadap weda
dan kitab-kitab agama Buddha lainnya dari segi materi perkembangan filologi di
India telah dipandang lengkap. Semenjak tahun1850 banyak dilakukan kajian
terhadap sastra klasik India secara ilmiah, dan diterbitkan sejumlah naskah
dengan kritik teks.hingga pada awal abad ke-20 daftar tersebut sudah meliputi
beribu-ribu naskah.
D. Filologi di Kawasan Nusantara
Kawasan Nusantara terbagi dalam
banya kelompok etnis, memiliki bentuk kebudayaan khas, tanpa meninggalkan sifat
kekhasan budaya Nusantara.
1.
Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat Hasrat mengkaji
naskah Nusantara timbul dengan kehadiran bangsa barat abad ke-16. Yang
mengetahui pertama naskah lama adalah para pedagang. Dan maraknya perdagangan
naskah kuno. Peter Floris dan Pieter Wilemsz van el binck adalah seseorang
bergerak dalam perdaangan naskah kuno. Di zaman VOC usaha mempelajari
bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas pada bahasa Melayu.
2.
Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil Sesuai dengan
teori filologi, sastra lisan termasuk kajian filologi, maka diantara penginjil
ada yang mengkaji sastra lisan daerah yang didatanginya, karena kelompok etnis
belum mengenal huruf sehingga budayanya masih disimpan dalam sastra lisan,
seperti daerah Toraja oleh. N. Adriani dan Kruijt.
3.
Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara Kehadiran NBG ke
Indonesia mendorong tumbuhnya kegiatan untuk meneliti naskah-nasah Nusantara.
Minat itupuun timbul pada para tenaga Belanda dan Inggris. Kajian ahli filologi
bertujuan untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya dengan
menggunakan metode intuitif atau diplomatik.
Perkembangan selanjutnya disunting
dalam bentuk transliterasi huruf Latin dan berkembang lagi dalam bentuk bahasa
asing terutama bahasa Belanda. Adanya telaah naskah untuk tujuan pembahasan
isinya, yang ditinjau dari berbagai disiplin.
Kegiatan filologi terhadap naskah
Nusantara, mendorong berbagai kegiatan ilmiah, terutama dimanfaatkan oleh
disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social. Semua kegiatan itu telah
memenuhi tujuan filologi, ialah melalui telaah naskah-naskah dapat membuka
kebudayaan bangsa dan telaah mengangkat nili-nilai luhur yang tersimpan di
dalamnya.
BAB IV
Teori Filologi dan Penerapannya
A. Metode
penelitian
Keterpaduan
suatu sistem dapat ditempuh melalui metode (Yunani:Methodos),yakni cara atau
jalan.Dua istilah yang berkaitan dengan metode yaitu prosedur dan
teknik.Prosedur ialah sebagai urutan-urutan pekerjaan yang dilakukan dalam
sebuah penelitian.Sedangkan Teknik ialah alat-alat pengukur yang digunakan
dalam pelaksanaan penelitian.Metode ialah cara atau jalan yang
ditempuh,termasuk di dalamnya urutan dan alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
penelitian.
Suatu
metode harus disesuaikan dengan objek dan teks-teks yang sudah dinilai dapat
digunakan untuk penelitian selanjutnya untuk diperiksa keasliannya
(eksaminasi);apakah ada tempat yang korup,apakah ada bagian dan teks yang
ditanggalkan (lakuna),apakah ada tambahan (interpolasi)dari penyalin-penyalin
kemudian dan ketidak sempurnaan.Bacaan yang berbeda disebut varian.Untuk
mencatat apakah varian itu berasal dan teks asli atau merupakan
penimpanan,dapat dirunut melalui pemeriksaan kecocok metrum dalam teks
puisi,kesesuaian dengan teks cerita,gaya bahasa,latar belakang budaya,atau
sejarah.Varian kata perlu diamati apakah kata itu terhadap di tempat lain atau
merupakan gejala tersendiri artinya kata itu banyak terdapat pada tempat itu
saja (hapax).Perbedaan asasi jalan cerita dan bahasa disebut dengan versi.
Metode
penelitian menyangkut masalah cara kerja untuk mewujudkan sebuah bentuk hasil
penelitian yang telah dilakukan.Biasanya disajikan mulai dari tahap yang
bersifat deskriptif,analisis,komparatif,dsb.Menyajikan sebuah suntingan teks
yang bersih dari berbagai kesalahan tulis dan mengembalikan teks kepada bentuk
yang lebih mendekati teks aslinya serta mudah dibaca dan dipahami oleh
masyarakat pada saat ini dan masa mendatang,maka metode penelitian yang
digunakanberupa metode Deskriptif analisis.Dengan metode tersebut dimaksudkan
untuk mencatat,menuturkan,dan menafsirkan data melalui suatu
prosespemahaman yang akan sangat sangat bergantung pada keadaan data dan nilai
bahan atau objek penelitian yang digarap.
B.
Metode Kajian Filologi
Tujuan
utama Filologi ialah memulihkan teks kepada sebuah bentuk yang diperkirakan
paling sesuai dengan karangan aslinya lewat perbandingan naskah secara
cermat.Metode kajian filologi terbagi atas metode penelitian naskah dan metode
kajian teks.
1. Metode
Penelitian Naskah
Hasil
dari metode penelitian naskah berupa identitas, kondisi, dan keberadaan naskah.
Adapun tahap-tahapan penelitian naskah tersebut, meliputi :
a. Inventaris naskah
b. Deskripsi naskah
c. Klasifikasi naskah
d. Komparasi naskah
e. Silsilah naskah atau stemma
f. Penentuan naskah dasar
2. Metode
Kajian Teks
Proses rekonstruksi teks guna
menghasilkan sebuah edisi teks atau suntingan teks berdasarkan naskah-naskah
tertentu yang telah dikaji .Codex uniqus ialah naskah tunggal ada pula codes
multus ialah naskah banyak.
a. Metode Edisi Naskah Tunggal (
coder uniqus)
Apabila hanya ada naskah tunggal
dan suatu tradisi sehingga perbandingan tidak mungkin dilakukan, dapat
ditempuh 2 jalan :
1. Edisi Diplomatis (Editio
Diplomatica),yaitu menerbitkan satu naskah seteliti-telitinya tanpa mengadakan
perubahan.Ataupun edisi diplomatik itu naskah asli direproduksi
fotografis.Hasil reproduksi fotografis disebut faksimile.
2. Edisi Standar/Edisi Kritis (Edition
Critica),yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kasalahan-kesalahan kecil
dan ketidakajegan,sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
b. Metode Edisi Naskah Banyak (coder
multus )
1. Metode Intuitif ialah berdasarkan
selera
2. Metode Objektif ialah metode skema
dan dicari silsilahnya
3. Metode Gabungan ialah metode yang
memilih bacaan mayoritas atas dasar perkiraan, bahwa jumlah naskah yang banyak
itu merupakan saksi bacaan yang benar.
4. Metode Landasan ialah jika menurut tafsiran
ada satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan dengan
naskah-naskah yang diperiksa dari sudut bahasa, kesastraan, sejarah, dll, sehingga
sehingga dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacaan
yang baik.
C.
Susunan Stemma
Naskah-naskah
yang dibandingkan diberi nama dengan huruf besar latin ,seperti:A,B,C,D,E,dan
seterusnya.Arketip ialah nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan,dapat
dipandang sebagai pembagi persekutuan terbesar dari sumber-sumber tersimpan.Sedangkan
Hiparketif ialah kepala keluarga naskah-naskah dan membawahi naskah-naskah
severasi.Beberapa naskah / terjadi perbauran antara beberapa tradisi naskah
yang disebut kontaminasi.Penurunan naskah yang tidak terbatas pada satu garis
keturunan saja disebut tradisi terbuka (Baried,dalam Suryani,2006:109).Metode
stemma tidak bebas dari berbagai masalah dan keberatan.
1. Metode ini pada dasarnya berdasarkan
pilihan antara bacaan benar dan salah.
2. Pilihan antara dua hiparketif sering juga
tidak mungkin, karena keduanya dianggap baik.
3. Dua anggota dan satu hiparketif
mungkin mewakili dialek atau tahap bahasa yang berbeda, sehingga penyunting
menghadapi pilihan antara stema dan homogenitas dialek / tahap bahasa.
4. Masalah kontaminasi / perbauran dua
tradisi akibat tradisi terbuka.
5. Teks asli juga sering dipersoalkan; mungkin
tidak pernah ada satu versi asli, karena dari permulaan tidak ada variasi teks.
6. Hubungan antara tradisi lisan dan
tradisi naskah tulisan tangan di Indonesia perlu diperhatikan, mana yang lebih
asli dari bentuk, karena ada interaksi yang kuat antara keduanya (Baried, dalam
Suryani, 2006:110)
D.
Rekonstruksi Teks
Bahwa
salah satu bacaan salah, maka yang salah ini dibetulkan menurut bacaan yang
benar, yang terdapat dalam naskah-naskah lain.Tahapan-tahapan aplikasi metode
kritik teks:
1. Transliterasi teks yang tertuang
dalam naskah-naskah sumber data primer.
2. Collatio ‘kolasi / komparasi’
kuantitas antarteks yang disajikan dalam bentuk tabel.
3. Recentio ‘resensi’teks dengan maksud
menilai kualitas dan kuantitas varian bacaan/redaksi.
4. Perbaikan keempat kategori salah
tulis ditentukan berdasarkan lima parameter, yakni:
a. Pola metrum
b. Tataran gramatikal
c. Unsur leksikon
d. Prinsip lectio difficilior’bacaan
yang sulit’
e. Mempelajari karya-karya sebanding
5. Rekonstruksi teks (constitutio
textus) ialah garapan puncak dalam upaya menyajikan suntingan teks yang
didasarkan atas studi kajian filologis melalui penerapan metode kritik teks.
E.
Suntingan Teks
Hasil
dan kajian teks yang terlebih dahulu didasarkan atas hasil kajian
naskah.Bila ingin menguasai seluk beluk bahasa asli dapat membaca pengantar
yang berkaitan dengan masalah:
1.
Dasar-dasar transliterasi teks yang menyangkut proses
pengalihari sistem tata tulis dan aksara tradisional ke dalam huruf Latin
2.
Sistem ejaan yang menyangkut proses penyesuaian bahasa
sumber ke dalam sistem penulisan dengan huruf Latin yang standar.
Ada beberapa pertimbangan yang menjadi pokok dalam pemilihan
materi untuk bahan suntingan teks, yaitu;
1.
Bahan yang diambil untuk suntingan teks.
2.
Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pemilihan bahan,maka
pemilihannya dilakukan dengan mempertimbangkan :
§ Kesesuaian dengan konvensi pupuh
§ Kesesuaian dengan konteks kalimat
§ Bacaan yang lebih sulit
§ Pemakaian dalam naskah yang lebih
tua
§ Kadang-kadang memiliki bacaan yang
lebih terpelihara
§ Kesesuaian dengan norma tatabahasa
pada naskah
§ Kesesuaian dengan unsur situasional
dan emosional
3.
Bahan / vanian yang tidak didukung oleh kekuatan
saksi.Beberapa model terjemahan yaitu:
§ Model terjemaha harfiah (terikat), pada
dasarnya merupakan terjemahan kata perkata.
§ Model terjemahan setengah bebas
ialah terjemahan yang bisa kita pahami.
§ Model terjemahan bebas ialah
terjemahan yang mempunyai tingkat keterbacaan tinggi, akan tetapi banyak pesan
naskah sumber yang tidak terpindahkan di dalam terjemahan.
Terjemahan
teks harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
§ Suatu terjemahan harus mengungkapkan
kata-kata yang ada dalam teks asli.
§ Suatu terjemahan harus mengungkapkan
gagasan-gagasan yang ada dalam teks asli.
§ Suatu terjemahan seharusnya dapat
dibaca seperti teks asli.
§ Suatu terjemahan dapat
ditambahkan/dikurangi dari karya aslinya, dsb.
Lima
macam jenjang pola yang dapat dijadikan tolak ukur sebagaimana yang disarankan
Robson (1988:39-40),yaitu (1)pola metrum;(2)tataran gramatikal;(3)unsur
leksikon;(4)prinsip lectio defisilior’bacaan yang sulit’;dan(5)mempelajari
karya-karya sebanding.
F.
Penerapan Teori Filologi pada Karya
Sastra Lama Nusantara
Kegiatan
filologi di Indonesia, dimulai dari pertengahan abad ke-19 oleh sarjana-sarjana
Eropa,terutama Belanda.Naskah di Indonesia kebanyakan tertulis dalam bahasa dan
huruf daerah.
1.
Brata Joeda oleh Cohen Stuart (1980)
a. Dan saduran dalam tembang mencapat
digunakan satu teks dan dua naskah.
b. Dan sadaran dalam kakawin dipakai
dua naskah.
c. Dan bahasa kawi:
·
Sebuah naskah lengkap,tetapi paling rusak
·
Beberapa lembaran lepas yang memuat sebagian dan Brata-Yuda
Kawi
·
Beberapa lembaran lepas yang memuat pupuh
·
Salman oleh Cohen Stuart dan naskah Gericke
·
Petikan-petikan dari Brata=Yuda Kawi dalam History of Java
(Raffles)
·
Naskah berasal dari Bupati Gresik
·
NaskahSalman dan naskah Madura
·
Naskah miliknya sendiri
·
Sumber tambahan
·
Terjemahan lengkap dari Brata-Joed Marcapat dalam bahasa
Belanda.
·
Beberapa catatan dalam naskah guna melengkapi terjemahan
itu.
·
Petikan-petikan dari Brata-Yuda Kawi.
·
Ringkasan Brata-Joeda dalam prosa J.Cohen Stuart menggunakan
tujuh belas sumber yang masing-masing diuraikan asalnya, keadaanya, dari
ciri-ciri mengenai isinya.
2.
Ramayana Kakawin oleh Kern (1900)
Guru penerbitan teks Ramayana,Kern
menggunakan lima buah naskah yang berasal dari Bali dan du abuah naskah berasal
dari Jawa.Akhirnya yang dipakai sebagai naskah adalah naskah Bali,karena
dianggap pada umumnya lebih dekat kepada teks aslinya,walaupun kerap kali
diantara naskah Jawa yang cacat ada yang menunjukkan bacaan yang lebih baik.
3.
Nagarakertagama oleh Brandes (1902)
Nagarakertagama yang diterbitkan oleh Brandes
menggunakan huruf Bali (seperti teks aslinya) semata-mata dengan tujuan untuk
memperkenalkan naskah yang ditemukannya di Lombok (1894), agar umum mendapat
kesempatan menggunakan keterangan-keterangan yang terdapat dalam teks itu.
4.
Brahmanda-Purana oleh Gonda (1932)
Penerbitan Brahmanda Purana oleh
Gonda merupakan penerbitan pertama yang menerapkan metode filologi yang sampai
kepada stema.Berikut ini beberapa penerapan metode filologi pada beberapa
suntingan naskah yang kemudian menurut urutan tahun penerbitannya:
a. Het Bhomakawya (Teeuw,1946)
Teks Bhomakawya pernah diterbitkan
Friderich pada tahun 1852.Dalam suntingan teksnya,Teeuw menggunakan metode
landasan.
b. Adat Aceh (Drewes dan
Voorhoeve,1958)
Pada suntingan Adat Aceh digunakan
metode diplomatik.Dibuat faksimile dari naskah dalam India Office Library
disertai pengantar dan catatan oleh Drewes dan Voorhoeve mengenal asal
naskah,deskripsinya,dan metode reproduksi,antara lain,ukurannya dikecilkan dari
dua halaman yang berhadapan pada teks asli direproduksi pada satu halaman.
c. Nagarakertagama the 14th Century
(Pigeaud,1960)
Nagarakertagama disunting melalui
metode diplomatik,disertai transliterasi,catatan mengenai teks dan
terjemahan,komentar dan glosari (daftar kata-kata).
d. Asrar Al-Insafi Marifa Al-Ruhwa’i
Rahman (Tujimah,1960)
Penerbit teks tersebut menggunakan
metode landasan Tujumah melibatkan tiga buah naskah yang disebut naskah A,B,C.
e. Hikayat Bandjar (Ras,1968)
Penerbitan Hikayat Bandjar oleh
Ras,melibatkan sebanyak delapan buah naskah,yang terdapat dalam koleksi
Indonesia dan dua buah naskah koleksi Eropa.Naskah Hikayat Bandjar diturunkan
dalam dua bentuk dengan perbedaan yang besar,yang disebut Resensi I dan Resensi
II.
f. Hikayat Andaken Panurat
(Robson,1969)
Hikayat Andaken, hanya ada satu
naskah dalam tulisan Arab Melayu yang sangat jelas.Naskah ini diperkirakan berasal
dari Sekretaris Jenderal di Batavia.
g. Wangbang Wideya (Robson,1971)
Dalam penerbitan Wangbang
Wideya,naskah-naskah dasar edith adalah naskah A,B,C,D,E,F dan G.Perbandingan
naskah menghasilkan diagram yang tidak dibenarkan ditafsirkan sebagai stema,karena
tidak menunjukkan pengelompokkan umum dan perbandingan yang dapat dipercaya.
h. Babad Buleleng (Worsley,1972)
Edisi Babad Buleleng menggunakan
empat buah naskah yang disebut A, B, C dan D, yang masing-masing naskah
dideskripsikan.
i.
Undang-undang Malaka (Liau Yock Fang,1976)
Naskah Undang-undang Malaka, jumlahnya
cukup besar,tidak kurang dari 44 buah naskah.
j.
Arjunawiwaha (Supomo,1977)
Jumlah naskah Arjunawiwaha lebuh
dari dua puluh buah,yang berasal dari Jawa,Bali dan Lombok.
k. Hikayat Sri Rama (Achadiati Ikram,1978)
Edisi yang disajikan oleh Achadiati
Ikram berdasarkan pada naskah Laud 291.Naskah tersebut, dipilihnya karena
umumnya paling tua(sebelum tahun 1633) diantara 24 naskah yamg meliputi jangka
waktu kira-kira dua setengah abad.
l.
Adat Raja-raja Melayu (PanutinSudjiman,1979)
Pengedisian Adat Raja-raja Melayu, melibatkan
dua buah naskah yang berada di Singapura.
m. Hikayat Indraputra (Rujati
Mulyadi,1980)
Diketahui terdapat sebanyak tiga
buah naskah, yang kesemuanya ditulis dalam bahasa Arab, kecuali satu buah
naskah ditulis dengan menggunakan huruf Latin.
BAB V
Filologi dan Kebudayaan
A.
Pengertian
Filologi
merupakan pengetahuan tentang sastra secara luas.Seorang Filolog harus
mempunyai bekal pengetahuan yang beraneka ragam,terutama pengetahuan bahasa
yang menjadi sarana penelitiannya.Pengetahuan yang luas itu mutlak diperlukan
oleh seorang filolog,karena jangkauan studi filologi meliputi aspek
kebahasaan,kesastraan,dan kebudayaan.Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia
yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta
menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia,serta menjadi sumber
untuk menilai,yaitu penilaian baik dan buruk,berharga / tidak ,bersih atau
kotor,dll.Kebudayaan mengandung nilai-nilai moral yang bersumber pada pandangan
hidup dan kode etik yang dimiliki oleh setiap manusia.
Kebudayaan
yang ada sekarang,pada dasarnya melalui tiga tahap,yaitu (1)Mistis ialah suatu
tahap yang sikap manusianya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya,(2)Ontologis
ialah tahap yang sudah melalui tahap mistis,sehingga sikap manusianya sudah
secara bebas ingin meneliti segala hal diluar dirinya,(3)Fungsional ialah tahap
yang berada di atas tahap Ontologis,yaitu tahap yang sikap dan alam pikiran
manusianya sudah nampak semakin modern (van Peursen,dalam Baried 1985:87).
B.
Filologi dan Kebudayaan Nusantara
Keanekaragaman
bahasa dan sastra daerah sebagai warisan nenek moyang yang tidak ternilai
harganya,merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia.Beraneka ragam
kebudayaan daerah tersebut merupakan alat penunjang untuk memperkaya kebudayaan
Indonesia pada umumnya.Kebudayaan Hindu dan Budha dibawa ke Nusantara oleh
orang-orang India dalam tiga gelombang,yakni awal abad ke-4,abad ke-8 sampai ke-9,dan
abad ke-11.Selama berabad-abad Nusantara berada di bawah kekuasaan Hindu dan
Budha.Orang India telah memperkenalkan tulisan Palawa dan Nagari.
Pada
abad ke-13, agama Islam datang ke daerah Nusantara,yang dibawa oleh para
pedagang India,yang kebanyakan pengikut pelbagai tarekat,seperti:Qadiriah, Naqsyabandiyah,
dan beberapa tarekat kecil yang terpusat pada seorang syeh / guru tasawuf.Ciri
asasi dalam kenyataan sejarah ialah bahwa kebudayaan Nusantara cenderung
berkembang disepanjang pantai timur Sumatra sampai sepanjang pantai bai
Semenanjung Malaka dan daratan rendah pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Kakawin
Ramayana merupakan sastra Jawa Kuna tertua, yang ceritanya mirip dengan
Ramoyana Walmiki. Cerita itu diperkirakan berasal dan abad ke-9 sekitar waktu
dibangun, baik candi Borobudur yang bercorak Hindu, maupun candi Prambanan yang
bercorak Hindu-Syiwa. Pulau Jawa memasuki kemajuan kebudayaan pada tahun 1000. Sebagian
epos India diambil alih ke dalam bahasa Jawa, misalnya cerita Mahabharata
ditulis kedalam bahasa Jawa.
Cerita-cerita yang diangkat dan
Mahabharata dan ramayana,seperti Hikayat Pandawa Lebur, Hikayat Angkawijaya,
Hikayat Sri Rczma, dll dalam kesusastraan Melayu, masuk melalui kesusastraan
Jawa. Pulau Sumatra memiliki dasar ekonomi penanaman menca, perdagangan, buruh,
dan berburu. Kegiatan ekonomi masyarakat Sumatra dapat menjadi dasar peradaban
dan kebudayaan mereka yanh khas.Kedatangan Islam kepulauan Nusantara merupakan
ciri zaman baru dalam sejarah yang dengan tegas membawa rasionalisme dan
pengetahuan akliah serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang berdasarkan
kebebasan orang perorangan, keadilan, dan
kemuliaan kepribadian manusia.
Pada abad ke-16 dan ke-17 Aceh
mencapai zaman keemasan yaitu pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Musa dan
masa pemerintahan Iskandar Thani.Ada juga sastra Islam Melayu yang berupa
saduran/terjemahan dari Arab.Persi/India,anatara lain :
· Hikayat
para Nabi sebelum Nabi Muhammad
· Hikayat
nabi Muhammad dan para sahabatnya
· Legenda
Islam
· Pahlawan
Islam
C.
Filologi Sumber Inspirasi
Pengembangan Kebudayaan
Sastra
lama merupakan sumber ilham yang sangat dibutuhkan bagi pengembangan
kebudayaan.Dengan demikian,studi filologi terhadap sastra lama sangat besar
bantuannya bagi pengembangan kebudayaan Indonesia,yang terdiri atas kebudayaan
daerah,kebudayaan umum dan lokal,serta kebudayaan nasional,yang masing-masing
memilikicorak tersendiri.Tujuh unsur kebudayaan yang dikenal masyarakat,adalah
(1)Sistem teknologi, (2)Sistem mata pencaharian, (3)Sistem kemasyarakatan, (4)Bahasa,
(5)Sistem pengetahuan, (6)Religi,dan (7)Kesenian.
Pembangunan
dan pengembangan kebudayaan memerlukan tiga macam sumber yang dapat memberikan
unsur-unsur baru, yaitu (1)Daerah, kekhususannya sastra daerah, yang menjadi
bagian objek filologi, (2)Nasional yang terkuat dalam mempengaruhi pembangunan
dan perkembangan kebudayaan Indonesia adalah pemerintah Indonesia/pemerintah
pusat, (3)Internasional yang mempengaruhi
kebudayaan Indonesia amat luas lingkungannya, karena meliputi seluruh
kebudayaan yang ada disunia luar Indonesia. Pendekatan pengembangan kebudayaan
Nasional Indonesia harus berorientasi kepada:
· Sejarah
bangsa dimasa lampau
· Kenyataan-kenyataan
sosial budaya masa kini
· Cita-cita
Nasional pada masa yang akan datang, yang secara keseluruhan yang pada
hakikatnya didasarkan atas visi kebudayaanyang bersumber kepada Pancasila dan
UUD’45
Identitas suatu bangsa didasarkan
atas kebudayaannya.Kebudayaan Indonesia berakar pada sejarah.Sastra lama
merupakan sumber yang kaya untuk menggali unsur-unsur spiritual.Ada tiga
manfaat yang dapat ditentukandalam mempelajari sejarah, yaitu:
· Memberikan
pendidikan
· Memberikan
ilham/inspirasi
· Memberikan
kesenangan/pleasure
Naskah Tajussalatin dan
Bustanussalatin yang berisi pedoman pemerintahan yang diuraikan berdasarkan
sejarah Islam, merupakan karya sastra lama yang memberi pelajaran tentang
kewajiban-kewajiban secara moral yang harus dilakukan oleh para Raja, Mentri, Hulubalang,
Bendahara, Penulis, para Duta dan pejabat kerajaan lainnya terhadap Allah dan
rakyat, demikian juga sebaliknya, bagaimana kewajiban yang harus dilakukan oleh
rakyat terhadap allah dan negara.
0 komentar:
Posting Komentar