Entradas populares

09Mar2012


BAB I Studi Filologi
Filologi Sebagai Satu Disiplin
A.    Pengantar
Lahirnya filologi dilatarbelakangi oleh faktor-faktor berikut:
1.      Munculnya informasi tentang masa lampau didalam seumlah karya tulisan pengetahuan.
2.      Anggapan adanya nilai-nilai yang terkandung dalam peninggalan tulisan masa lampau yang dipandang masih relevan dengan kehidupan masa sekarang.
3.      Kondisi fisik dan substansi materi informasi akibat rentang waktu yang panjang
4.       Faktor sosial budaya yang melatar belakangi penciptaan karya-karya tulisan masa lampau yang tidak adalagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya pembacanya masa kini.
5.      Keperluan untuk mendapatkan hasil pemahaman yang akurat.

B.     Etimologi Dan Istilah
Kata filologi berasal dari bahasa Yunani philologia yang berupa gabungan kata dari philos yang berarti teman dan logos yang berati pembicaraan atau ilmu. Dalam perkembangannya, philologia kemudian diartikan sebagai senang kepada tulisan-tulisan yang bernilai tinggi seperti karya-karya sastra.
Istilah filologi digunakan untuk menyebut keahlian yang diperlukan dalam mengkaji peninggalan tulisan yang berasal dari beratus tahun yang lampau, dicetuskan pertama kali pada sekitar pada abad ke-3 SM oleh salah seorang ahli dari Iskandariyah, Eratosthenes.

C.    Macam macam pengertian dalam sejarah pengertiannya
1.      Filologi sebagai ilmu tentang pengetahuan yang pernah ada.
2.    Filoologi sebagai ilmu bahasa.
3.    Filologi sebagai ilmu sastra tinggi.
4.    Filologi sebagai study teks.
D.    Dasar Kerja Filologi
Filologi diperlukan karena munculnya variasi-variasi dalam teks yang tersimpan dalam naskah, gejala tersebut memperlihatkan gejala bahwa dalam penyalinan naskah, teks senantiasa mengalami perubahan sehingga lahirlah wujud teks yang bervariasi, dengan demikian filologi bekerja karena adanya sejumlah variasi.



E.      Sasaran dan Objek Kerja
Dari sejarah lahirnya filologi sebagai istilah, dapat diketahui bahwa filologi mempunyai sasaran kerja yang berupa naskah yaitu peninggalan tulisan masa lampau. Ilmu yang berkaitan dengan naskah dan pernaskahan disebut kodikologi, yaitu kajian filologi berupa teks, yaitu informasi yang terkandung dalam naskah yang sering disebut juga muatan naskah. Ilmu yang berkaitan dengan teks yang tersimpan dalam naskah disebut tekstologi.
F.     Tujuan
1.      Tujuan umum:
a.       Mengungkapkan produk masa lampau melalui peninggalan tulisan
b.      Mengungkapkan fungsi peninggalan tulisan pada masyarakat penerimanya, baik pada masa lampau maupun pada masa kini
c.       Mengunggkapkan nilai-nilai budaya masa lampau
2.      Tujuan Khusus:
a.       Mengungkapkan bentuk mula teks yang tersimpan dalam peninggalan tulisan masa lampau
b.      Menggungkapkan sejarah perkembangan teks
c.       Mengungkapkan sambutan masyarakat terhadap suatu teks sepanjang penerimanya
d.      Menyajikan teks dalam bentuk yang terbaca oleh masyarakat masa kini, yaitu dalam bentuk suntingan
G.    Metode
Sebagai suatu disiplin studi filologi menuntut metode yang memadai, beberapa faktor yang terlibat dalam kerja filologi menjadi pertimbangan dalam menetapkan metode. Diantara faktor-faktor tersebut adalah
1.      Pandangan tentang studi filologi yang dilatari oleh sikapnya terhadap variasi
2.      Kondisi sasaran dan objek kerjanya seperti yang terlihat pada materialnya, pada sistem bahasa, sistem sastra, dan konvensi sosial budayanya
3.      Besarnya jumlah peninggalan tulisan yang memuat teks dan bentuknya yang bermacam-macam
4.      Kondisi bacaan yang rusak atau korup
5.      Macam tujuan kerja.
H.    Ilmu Bantu
Karena objek kajian filologi adalah naskah, maka filologi sangat erat kaitanya dengan kodikologi (ilmu tentang naskah), dan karena objek kajiannya teks maka filologi banyak berkaitan dengan tekstologi (ilmu tentang teks). Kerja filologi juga memerlukan pula bantuan berbagai disiplin yang berkaitan dengan pengetahuan tentang unsur-unsur yang terkait dengan naskah seperti bahan (kertas, kulit kayu, kulit binatang daun papirus dll) tinta, tulisan, bahasa, dan yang berkaitan dengan teks yang menjadi kandunganya, seperti yang berupa budaya, sastra, sejarah, hukum, adat istiadat dan berbagai pengetahuan yang terkandung di dalamnya.
I.        Studi Filologi di Indonesia
Studi filologi yang diterapkan terhadap naskah-naskah nenek moyang bengsa indonesia selama ini dilakukan dengan mengikuti pandangan yang berlaku di Eropa, khususnya di Negeri Belanda. Yaitu suatu bangsa yng selama ini mempunyai pengaruh besar di Indonesia. Pengertian filologi mengikuti pengertian sebagaimana yang ada Di Negara Belanda, Ialah studi mengenal kebudayaan yang didasarkan pada bahan tertulis dengan tujuan mengungkapkan informasi masa lampau yang terkandung di dalamnya.


BAB II
Kedudukan Filologi diantara Ilmu-Ilmu Lain
A.    Filologi memerlukan ilmu bantu antara lain:
1.      Linguistik,ada beberapa cabang yang dapat membantu Filologi yaitu,Etimologi adalah ilmu yang mempelajari asal-usul dan sejarah kata yang telah lama menarik perhatian ahli filologi, Sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara perilaku bahasa dan perilaku masyarakat,Stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa sastra,khususnya gaya bahasa.
2.       Pengetahuan bahasa-bahasa yang mempengaruhi bahasa teks yang terdiri dari Sansekerta,Nusantara,Arab,& Asing.Kegiatan ini yang memerlukan pengetahuan bahasa-bahasa Nusantara ialah menyadur atau menterjemahkan teks-teks lama Nusantara ke dalam bahasa Indonesia yang juga merupakan kegiatan Filologi di samping kegiatan menyajikan teks-teks lama dalam keadaan siap pakai oleh ilmu-ilmu lain.
3.      Ilmu sastra,karena naskah-naskah Nusantara kebanyakan mengandung teks sastrawi,yakni teks yang berisi cerita rekaan(fiksi).
4.      Pengaruh agama Hindu, Budha dan Islam sangat diperlukansebagai bekal penanganan sebagian besar naskah-naskah Nusantara, terutama untuk naskah-naskah yang berisi keagamaan yang biasa disebut Sastra Kitab.
5.      Sejarah kebudayaan, khanazah sastra Nusantara di samping diwarnai oleh pengaruh agama Hindu, Budha dan Islam, juga memperlihatkan adanya pengaruh sastra klasik India,Arab  dan Persi.
6.      Antropologi ialah suatu ilmu yang berobyek penyelidikan manusia dipandang dari segi fisikya, masyarakatnya, dan kebuayaannya.
7.      Folkor itu sendiri memperlihatkan jangkauan yang sangat luas, karena menyentuh setiap aspek kehidupan tradisional.

B.     Filologi sebagai Ilmu bantu Ilmu-ilmu lain
1.      Linguistik sangat diperlukan dalam penelitianya -penelitian linguistik, terutama yang berhubungan dengan linguistik diakronik, terutama yang ada sangkut pautnya dengan hasil suntingan teks yang berhubungan dengan masalah bahasa suatu teks.
2.      Ilmu satra digunakan data untuk penyusunan teori-teorinya didasarkan juga pada sastra lama bukan hanya pada sastra baru.
3.      Ilmu sejarah kebudayaan, unsur-unsur budaya bidang musik, takaran, timbangan, ukuran, mata uang, dll
4.      Ilmu hukum adat ialah adat yang terbentuk dalam masyarakat selama peredaran masa, bukan peraturan yang seluruhnya dibuat oleh raja sebagai penguasa.
5.      Teks-teks keagamaan, penanangan naskah sastra kitab secara Filologis sangat bermanfaat bagi ilmu sejarah perkembangan agama.
6.      Ilmu filsafat, dapat digali melalui warisan budaya lama yang terwujud naskah atau teks sastra.


BAB III Sejarah Perkembangan Filologi
A. Filologi di Eropa Daratan
Ilmu filologi berkembang di kawasan kerajaan Yunani, yaitu di kota Iskandariyah di benua Afrika pantai utara.
1.      Awal Pertumbuhannya
Awal kegiatan filologi di kota Iskandaria oleh bangsa Yunani pada abad ke-3 S.M. dengan membaca naskah Yunani lama yang mulai ditulis pada abad ke-8 S.M. dalam huruf Yunani kuno (Huruf bangsa Funisia). Naskah itu berkali-kali disalin sehingga mengalami perubahan dari bentuk aslinya.
Para penggarap naskah-naskah itu dikenal dengan ahli filologi, di cetus oleh Eratosthenes. Para ahli filologi memiliki ilmu yang luas karena dalam memahami isi naskah perlu mengetahui huruf, bahasa, dan ilmu yang dikandungnya. Dan kemudian menuliskannnya kembali sehingga dapat diketahui oleh masyarakat pada waktu itu.
Metode yang digunakan untuk menelaah naskah dikenal dengan ilmu filologi. Metode taraf awal berkembang dari abad ke abad hingga kini. Para ahli menguasai ilmu dan kebudayaan Yunani lama yang dikenal dengan aliran Iskandariyah.
Naskah yang ditulis oleh para budak belian yang diperdagangkan di sekitar laut tengah ini bertujuan untuk kegiatan perdagangan. Namun sering terjadi penyimpangan karena tidak memiliki kesadaran terhadap nilai keotentikan naskah lama. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan yang musti dilakukan oleh ahli filologi. Kerusakan atau kekorupan bahasa terjadi karena ketidaksengajaan, bukan ahli dalam ilmu yang ditulis, atau karena keteledoran penyalin.
Sesudah Iskandariyah jatuh ke dalam kekuasaan Romawi, kegiatan filologi berpindah ke Eropa selatan, berpusat di kota Roma dengan melanjutkan filologi Yunani (meneruskan mazhab Iskandariyah) yang tetap menjadi bahan telaah utama dan bahasa Yunanai tetap digunakan. Pada abad ke-1 perkembangan tradisi berupa pembuatan resensi terhadap naskah berkelanjutan hingga pecahnya kerajaan Romawi pada abad ke-4 menjadi kerajaan Romawi Barat dan Romawi Timur. Dan mempengaruhi perkembangan filologi selanjutnya.
2.      Filologi di Romawi Barat dan Romawi Timur
a.      Filologi di Romawi Barat
¨      Filologi di Romawi Barat Penggarapan di arahkan kepada naskah-naskah dalam bahasa latin yang berupa puisi dan prosa, sejak abad ke-3 telah digarap secara filologi. Bahasa latin menjadi bahasa ilmu pengetahuan. Adapun telaah naskah keagamaan yang dilakukan oleh pendeta dan berakibat pada naskah Yunani yang mulai ditinggalkan, bahkan dipandang naskah yang berisikan paham jahiliyah sehingga terjadi kemunduran.
¨      Filologi di Romawi Timur Telah muncul pusat-pusat teks Yunani, misalnya di Antioch, Athena, Iskandariyah, Beirut, Konstaninopel, dan Gaza. Selanjutnya berkembang menjadi perguruan tinggi. Dalam periode itu mulailah muncul tafsir pada tepi halaman naskah, disebut dengan scholia.
¨      Filologi di Zaman Renaisan Renaisans di mulai dari Italia pada abad ke-13, menyebar ke negara Eropa lainnya dan berakhir pada abad ke-16. Dalam arti sempit renaisan adalah periode yang di dalamnya kebudayaan klasik diambil lagi sebagai pedoman hidup; dan dalam arti luas adalah periode yang di dalamnya rakyat cenderung kepada dunia Yunani klasik atau kepada aliran humanisme . Pada abad ke-15 jatuhnya kerajaan Romawi Timur ke tangan bangsa Turki dan ahli filologi berpindah ke Eropa Selatan (Roma). Penemuan mesin cetak di Gitenberg (Jerman) menyebabkan perkembangn baru dalam bidang filologi. Di Eropa, filologi diterapkan untuk telaah naskah lama nonklasik. Abad ke-19 ilmu bahasa atau linguistik berkembang menjadi ilmu yag berdiri sendiri, terpisah dari ilmu filologi. Pada abad ke-20 pengertian filologi di Eropa daratan tetap seperti semula ialah telaah teks klasik, sedangkan di kawasan Angio-Sakson berubah menjadi linguistik.
B. Filologi di Kawasan Timur Tengah
Sejak abad ke-4 kota di Timur Tengah memiliki pusat studi berbagai ilmu pengetahuan yang berasal dari Yunani, seperti Gaza, Belrut, Edessa, dan Antioch. Abad ke-5 dilannda perpecahan gerejani maka para ahli filologi berpindah ke kawasan Persia. Dalam lembaga ini naskah Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Siria dan bahasa Arab. Kota Harra di Mesopotamia pernah menjadi pusat studi naskah Yunani, penduduknya yaitu Sabean, suku yang tergolong kuno dan mahir dalam bahasa Arab.
Zaman dinasi Abasiyah, dalam pemerintahan khalifah Mansur (754-775), Harun Alrasyid (786- 775), dan Makmun (809-833). Puncak perkembangan ilmu pengetahuan Yunani ada dalam pemerintakahn Makmun.
Sebelum kedatangan agama Islam Persia dan Arab memiliki karya yang terbilang mengagumkan misalnya Mu’allaqat dan Qasidah. Kegiatan meluas ke kawasan luar Negara Arab setelah Islam berkembang serta mistik Islam berkembang dengan maju di Persia, abad ke-10 hingga abad ke-11. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia pada abad ke-8 hingga abad ke-15 menyebabkan ilmu pengetahuan Yunani yang telah diserap oleh bangsa Arab kembali masuk ke Eropa dengan baju Islam. Abad ke-17 telaah teks klasik Arab dan Persia di eropa telah dipandang mantap, di Cambridge dan Oxford. Dan abad ke-18 didirikan pusat studi kebudayaan ketimuran oleh Sivester de Sacy dengan nama Ecole des Langues Orientales Vivantes. Sehingga lahirlah ahli orientalis Eropa, yaitu Etienne Qutremere (1782-1857), De Slane, De Sacy (bapak para orientalis di Eropa).
C. Filologi di Kawasan Asia: India
India adalah bangsa yang dipandang memiliki cukup dokumen peninggalan masa silam seperti prasasti dan naskah-naskah. Kontak langsung dengan bangsa Yunani ada pada zaman Raja Iskandar Zurkarnain yang mengadakan perjalanan sampai ke India pada abad ke-3 S.M. daerah Gadhara terdapat seni patung, bukti dari pengaruh Yunani. Patung Buddha yang dipahat seperti patung Apollo. Perpaduan antar budaya Yunani, Hindu, Buddha, dan Jaina dinamakan kebudayaan Gadhara, dan mencapai puncaknya pada zaman raja Kaniska Kusana (ke-78 – 100).
Abad ke-1 terjadi kkontak antara India dan Cina. Ada pula yang menterjemahkan naskah-naskah India ke dalam bahasa Cina, yaitu Fa-hian, Hiuen-tsing, dan I-tsing. Kontak India dengan bangsa Persi lebih awal dari bangsa-bangsa sebelumnya. Namun hubungan itu belum memberikan informasi yang mantap. Masuknya karya sastra India Pancatantra yang diterjemahkan ke dalam bahasa Persi. Alberuni, seorang Arab-Persi, pernah mengunjungi India pada tahun 1030 dan mempelajari naskah-naskah India untuk mengetahui kebudayaan bangsa itu.
1. Naskah-naskah India Kesusastraan Weda (kitab suci agama Hindu), kitab suci Brahmana, kitab Aranyaka, dan kitab Upanisad.
2. Telaah Filologi dari Naskah-naskah India
Sampai pertengahan abad ke-19 telah banyak dilakukan telaah terhadap karya sastra klasik India. Dengan telah dilakukan studi terhadap weda dan kitab-kitab agama Buddha lainnya dari segi materi perkembangan filologi di India telah dipandang lengkap. Semenjak tahun1850 banyak dilakukan kajian terhadap sastra klasik India secara ilmiah, dan diterbitkan sejumlah naskah dengan kritik teks.hingga pada awal abad ke-20 daftar tersebut sudah meliputi beribu-ribu naskah.
D. Filologi di Kawasan Nusantara
Kawasan Nusantara terbagi dalam banya kelompok etnis, memiliki bentuk kebudayaan khas, tanpa meninggalkan sifat kekhasan budaya Nusantara.
1.      Naskah Nusantara dan Para Pedagang Barat Hasrat mengkaji naskah Nusantara timbul dengan kehadiran bangsa barat abad ke-16. Yang mengetahui pertama naskah lama adalah para pedagang. Dan maraknya perdagangan naskah kuno. Peter Floris dan Pieter Wilemsz van el binck adalah seseorang bergerak dalam perdaangan naskah kuno. Di zaman VOC usaha mempelajari bahasa-bahasa Nusantara hampir terbatas pada bahasa Melayu.
2.      Telaah Naskah Nusantara oleh Para Penginjil Sesuai dengan teori filologi, sastra lisan termasuk kajian filologi, maka diantara penginjil ada yang mengkaji sastra lisan daerah yang didatanginya, karena kelompok etnis belum mengenal huruf sehingga budayanya masih disimpan dalam sastra lisan, seperti daerah Toraja oleh. N. Adriani dan Kruijt.
3.      Kegiatan Filologi terhadap Naskah Nusantara Kehadiran NBG ke Indonesia mendorong tumbuhnya kegiatan untuk meneliti naskah-nasah Nusantara. Minat itupuun timbul pada para tenaga Belanda dan Inggris. Kajian ahli filologi bertujuan untuk menyunting, membahas serta menganalisis isinya dengan menggunakan metode intuitif atau diplomatik.
Perkembangan selanjutnya disunting dalam bentuk transliterasi huruf Latin dan berkembang lagi dalam bentuk bahasa asing terutama bahasa Belanda. Adanya telaah naskah untuk tujuan pembahasan isinya, yang ditinjau dari berbagai disiplin.
Kegiatan filologi terhadap naskah Nusantara, mendorong berbagai kegiatan ilmiah, terutama dimanfaatkan oleh disiplin humaniora dan disiplin ilmu-ilmu social. Semua kegiatan itu telah memenuhi tujuan filologi, ialah melalui telaah naskah-naskah dapat membuka kebudayaan bangsa dan telaah mengangkat nili-nilai luhur yang tersimpan di dalamnya.


BAB IV
Teori Filologi dan Penerapannya

A.    Metode penelitian
            Keterpaduan suatu sistem dapat ditempuh melalui metode (Yunani:Methodos),yakni cara atau jalan.Dua istilah yang berkaitan dengan metode yaitu prosedur dan teknik.Prosedur ialah sebagai urutan-urutan pekerjaan yang dilakukan dalam sebuah penelitian.Sedangkan Teknik ialah alat-alat pengukur yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian.Metode ialah cara atau jalan yang ditempuh,termasuk di dalamnya urutan dan alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian.
            Suatu metode harus disesuaikan dengan objek dan teks-teks yang sudah dinilai dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya untuk diperiksa keasliannya (eksaminasi);apakah ada tempat yang korup,apakah ada bagian dan teks yang ditanggalkan (lakuna),apakah ada tambahan (interpolasi)dari penyalin-penyalin kemudian dan ketidak sempurnaan.Bacaan yang berbeda disebut varian.Untuk mencatat apakah varian itu berasal dan teks asli atau merupakan penimpanan,dapat dirunut melalui pemeriksaan kecocok metrum dalam teks puisi,kesesuaian dengan teks cerita,gaya bahasa,latar belakang budaya,atau sejarah.Varian kata perlu diamati apakah kata itu terhadap di tempat lain atau merupakan gejala tersendiri artinya kata itu banyak terdapat pada tempat itu saja (hapax).Perbedaan asasi jalan cerita dan bahasa disebut dengan versi.
            Metode penelitian menyangkut masalah cara kerja untuk mewujudkan sebuah bentuk hasil penelitian yang telah dilakukan.Biasanya disajikan mulai dari tahap yang bersifat deskriptif,analisis,komparatif,dsb.Menyajikan sebuah suntingan teks yang bersih dari berbagai kesalahan tulis dan mengembalikan teks kepada bentuk yang lebih mendekati teks aslinya serta mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat pada saat ini dan masa mendatang,maka metode penelitian yang digunakanberupa metode Deskriptif analisis.Dengan metode tersebut dimaksudkan untuk mencatat,menuturkan,dan menafsirkan  data melalui suatu prosespemahaman yang akan sangat sangat bergantung pada keadaan data dan nilai bahan atau objek penelitian yang digarap.
B.     Metode Kajian Filologi
            Tujuan utama Filologi ialah memulihkan teks kepada sebuah bentuk yang diperkirakan paling sesuai dengan karangan aslinya lewat perbandingan naskah secara cermat.Metode kajian filologi terbagi atas metode penelitian naskah dan metode kajian teks.

1.      Metode Penelitian Naskah
Hasil dari metode penelitian naskah berupa identitas, kondisi, dan keberadaan naskah. Adapun tahap-tahapan penelitian naskah tersebut, meliputi :
a.       Inventaris naskah
b.      Deskripsi naskah
c.       Klasifikasi naskah
d.      Komparasi naskah
e.       Silsilah naskah atau stemma
f.       Penentuan naskah dasar

2.      Metode Kajian Teks
Proses rekonstruksi teks guna menghasilkan sebuah edisi teks atau suntingan teks berdasarkan naskah-naskah tertentu yang telah dikaji .Codex uniqus ialah naskah tunggal ada pula codes multus ialah naskah banyak.
a.        Metode Edisi Naskah Tunggal ( coder uniqus)
Apabila hanya ada naskah tunggal dan suatu tradisi sehingga perbandingan tidak mungkin dilakukan, dapat ditempuh 2 jalan :
1.      Edisi Diplomatis (Editio Diplomatica),yaitu menerbitkan satu naskah seteliti-telitinya tanpa mengadakan perubahan.Ataupun edisi diplomatik itu naskah asli direproduksi fotografis.Hasil reproduksi fotografis disebut faksimile.
2.       Edisi Standar/Edisi Kritis (Edition Critica),yaitu menerbitkan naskah dengan membetulkan kasalahan-kesalahan kecil dan ketidakajegan,sedangkan ejaannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku.
b.      Metode Edisi Naskah Banyak (coder multus )
1.      Metode Intuitif ialah berdasarkan selera
2.      Metode Objektif ialah metode skema dan dicari silsilahnya
3.      Metode Gabungan ialah metode yang memilih bacaan mayoritas atas dasar perkiraan, bahwa jumlah naskah yang banyak itu merupakan saksi bacaan yang benar.
4.       Metode Landasan ialah jika menurut tafsiran ada satu atau segolongan naskah yang unggul kualitasnya dibandingkan dengan naskah-naskah yang diperiksa dari sudut bahasa, kesastraan, sejarah, dll, sehingga sehingga dapat dinyatakan sebagai naskah yang mengandung paling banyak bacaan yang baik.

C.    Susunan Stemma
            Naskah-naskah yang dibandingkan diberi nama dengan huruf besar latin ,seperti:A,B,C,D,E,dan seterusnya.Arketip ialah nenek moyang naskah-naskah yang tersimpan,dapat dipandang sebagai pembagi persekutuan terbesar dari sumber-sumber tersimpan.Sedangkan Hiparketif ialah kepala keluarga naskah-naskah dan membawahi naskah-naskah severasi.Beberapa naskah / terjadi perbauran antara beberapa tradisi naskah yang disebut kontaminasi.Penurunan naskah yang tidak terbatas pada satu garis keturunan saja disebut tradisi terbuka (Baried,dalam Suryani,2006:109).Metode stemma tidak bebas dari berbagai masalah dan keberatan.
1.      Metode ini pada dasarnya berdasarkan pilihan antara bacaan benar dan salah.
2.       Pilihan antara dua hiparketif sering juga tidak mungkin, karena keduanya dianggap baik.
3.      Dua anggota dan satu hiparketif mungkin mewakili dialek atau tahap bahasa yang berbeda, sehingga penyunting menghadapi pilihan antara stema dan homogenitas dialek / tahap bahasa.
4.      Masalah kontaminasi / perbauran dua tradisi akibat tradisi terbuka.
5.      Teks asli juga sering dipersoalkan; mungkin tidak pernah ada satu versi asli, karena dari permulaan tidak ada variasi teks.
6.      Hubungan antara tradisi lisan dan tradisi naskah tulisan tangan di Indonesia perlu diperhatikan, mana yang lebih asli dari bentuk, karena ada interaksi yang kuat antara keduanya (Baried, dalam Suryani, 2006:110)

D.    Rekonstruksi Teks
            Bahwa salah satu bacaan salah, maka yang salah ini dibetulkan menurut bacaan yang benar, yang terdapat dalam naskah-naskah lain.Tahapan-tahapan aplikasi metode kritik teks:
1.      Transliterasi teks yang tertuang dalam naskah-naskah sumber data primer.
2.      Collatio ‘kolasi / komparasi’ kuantitas antarteks yang disajikan dalam bentuk tabel.
3.      Recentio ‘resensi’teks dengan maksud menilai kualitas dan kuantitas varian bacaan/redaksi.
4.      Perbaikan keempat kategori salah tulis ditentukan berdasarkan lima parameter, yakni:
a.        Pola metrum
b.      Tataran gramatikal
c.       Unsur leksikon
d.      Prinsip lectio difficilior’bacaan yang sulit’
e.       Mempelajari karya-karya sebanding
5.      Rekonstruksi teks (constitutio textus) ialah garapan puncak dalam upaya menyajikan suntingan teks yang didasarkan atas studi kajian filologis melalui penerapan metode kritik teks.
E.     Suntingan Teks
            Hasil dan kajian teks yang terlebih dahulu didasarkan atas hasil kajian naskah.Bila ingin menguasai seluk beluk bahasa asli dapat membaca pengantar yang berkaitan dengan masalah:
1.       Dasar-dasar transliterasi teks yang menyangkut proses pengalihari sistem tata tulis dan aksara tradisional ke dalam huruf Latin
2.      Sistem ejaan yang menyangkut proses penyesuaian bahasa sumber ke dalam sistem penulisan dengan huruf Latin yang standar.
Ada beberapa pertimbangan yang menjadi pokok dalam pemilihan materi untuk bahan suntingan teks, yaitu;
1.      Bahan yang diambil untuk suntingan teks.
2.      Dalam mengatasi kesulitan-kesulitan pemilihan bahan,maka pemilihannya dilakukan dengan mempertimbangkan :
§  Kesesuaian dengan konvensi pupuh
§  Kesesuaian dengan konteks kalimat
§  Bacaan yang lebih sulit
§  Pemakaian dalam naskah yang lebih tua
§  Kadang-kadang memiliki bacaan yang lebih terpelihara
§  Kesesuaian dengan norma tatabahasa pada naskah
§  Kesesuaian dengan unsur situasional dan emosional
3.      Bahan / vanian yang tidak didukung oleh kekuatan saksi.Beberapa model terjemahan yaitu:
§  Model terjemaha harfiah (terikat), pada dasarnya merupakan terjemahan kata perkata.
§  Model terjemahan setengah bebas ialah terjemahan yang bisa kita pahami.
§  Model terjemahan bebas ialah terjemahan yang mempunyai tingkat keterbacaan tinggi, akan tetapi banyak pesan naskah sumber yang tidak terpindahkan di dalam terjemahan.
            Terjemahan teks harus memperhatikan beberapa aspek, yaitu:
§  Suatu terjemahan harus mengungkapkan kata-kata yang ada dalam teks asli.
§  Suatu terjemahan harus mengungkapkan gagasan-gagasan yang ada dalam teks asli.
§  Suatu terjemahan seharusnya dapat dibaca seperti teks asli.
§  Suatu terjemahan dapat ditambahkan/dikurangi dari karya aslinya, dsb.
            Lima macam jenjang pola yang dapat dijadikan tolak ukur sebagaimana yang disarankan Robson (1988:39-40),yaitu (1)pola metrum;(2)tataran gramatikal;(3)unsur leksikon;(4)prinsip lectio defisilior’bacaan yang sulit’;dan(5)mempelajari karya-karya sebanding.
F.     Penerapan Teori Filologi pada Karya Sastra Lama Nusantara
            Kegiatan filologi di Indonesia, dimulai dari pertengahan abad ke-19 oleh sarjana-sarjana Eropa,terutama Belanda.Naskah di Indonesia kebanyakan tertulis dalam bahasa dan huruf daerah.
1.      Brata Joeda oleh Cohen Stuart (1980)
a.       Dan saduran dalam tembang mencapat digunakan satu teks dan dua naskah.
b.      Dan sadaran dalam kakawin dipakai dua naskah.
c.       Dan bahasa kawi:
·         Sebuah naskah lengkap,tetapi paling rusak
·         Beberapa lembaran lepas yang memuat sebagian dan Brata-Yuda Kawi
·         Beberapa lembaran lepas yang memuat pupuh
·         Salman oleh Cohen Stuart dan naskah Gericke
·         Petikan-petikan dari Brata=Yuda Kawi dalam History of Java (Raffles)
·         Naskah berasal dari Bupati Gresik
·         NaskahSalman dan naskah Madura
·         Naskah miliknya sendiri
·         Sumber tambahan
·         Terjemahan lengkap dari Brata-Joed Marcapat dalam bahasa Belanda.
·         Beberapa catatan dalam naskah guna melengkapi terjemahan itu.
·         Petikan-petikan dari Brata-Yuda Kawi.
·         Ringkasan Brata-Joeda dalam prosa J.Cohen Stuart menggunakan tujuh belas sumber yang masing-masing diuraikan asalnya, keadaanya, dari ciri-ciri mengenai isinya.
2.      Ramayana Kakawin oleh Kern (1900)
Guru penerbitan teks Ramayana,Kern menggunakan lima buah naskah yang berasal dari Bali dan du abuah naskah berasal dari Jawa.Akhirnya yang dipakai sebagai naskah adalah naskah Bali,karena dianggap pada umumnya lebih dekat kepada teks aslinya,walaupun kerap kali diantara naskah Jawa yang cacat ada yang menunjukkan bacaan yang lebih baik.
3.      Nagarakertagama oleh Brandes (1902)
 Nagarakertagama yang diterbitkan oleh Brandes menggunakan huruf Bali (seperti teks aslinya) semata-mata dengan tujuan untuk memperkenalkan naskah yang ditemukannya di Lombok (1894), agar umum mendapat kesempatan menggunakan keterangan-keterangan yang terdapat dalam teks itu.
4.      Brahmanda-Purana oleh Gonda (1932)
Penerbitan Brahmanda Purana oleh Gonda merupakan penerbitan pertama yang menerapkan metode filologi yang sampai kepada stema.Berikut ini beberapa penerapan metode filologi pada beberapa suntingan naskah yang kemudian menurut urutan tahun penerbitannya:
a.       Het Bhomakawya (Teeuw,1946)
Teks Bhomakawya pernah diterbitkan Friderich pada tahun 1852.Dalam suntingan teksnya,Teeuw menggunakan metode landasan.
b.      Adat Aceh (Drewes dan Voorhoeve,1958)
Pada suntingan Adat Aceh digunakan metode diplomatik.Dibuat faksimile dari naskah dalam India Office Library disertai pengantar dan catatan oleh Drewes dan Voorhoeve mengenal asal naskah,deskripsinya,dan metode reproduksi,antara lain,ukurannya dikecilkan dari dua halaman yang berhadapan pada teks asli direproduksi pada satu halaman.
c.       Nagarakertagama the 14th Century (Pigeaud,1960)
Nagarakertagama disunting melalui metode diplomatik,disertai transliterasi,catatan mengenai teks dan terjemahan,komentar dan glosari (daftar kata-kata).
d.      Asrar Al-Insafi Marifa Al-Ruhwa’i Rahman (Tujimah,1960)
Penerbit teks tersebut menggunakan metode landasan Tujumah melibatkan tiga buah naskah yang disebut naskah A,B,C.
e.       Hikayat Bandjar (Ras,1968)
Penerbitan Hikayat Bandjar oleh Ras,melibatkan sebanyak delapan buah naskah,yang terdapat dalam koleksi Indonesia dan dua buah naskah koleksi Eropa.Naskah Hikayat Bandjar diturunkan dalam dua bentuk dengan perbedaan yang besar,yang disebut Resensi I dan Resensi II.
f.       Hikayat Andaken Panurat (Robson,1969)
Hikayat Andaken, hanya ada satu naskah dalam tulisan Arab Melayu yang sangat jelas.Naskah ini diperkirakan berasal dari Sekretaris Jenderal di Batavia.
g.      Wangbang Wideya (Robson,1971)
Dalam penerbitan Wangbang Wideya,naskah-naskah dasar edith adalah naskah A,B,C,D,E,F dan G.Perbandingan naskah menghasilkan diagram yang tidak dibenarkan ditafsirkan sebagai stema,karena tidak menunjukkan pengelompokkan umum dan perbandingan yang dapat dipercaya.
h.      Babad Buleleng (Worsley,1972)
Edisi Babad Buleleng menggunakan empat buah naskah yang disebut A, B, C dan D, yang masing-masing naskah dideskripsikan.
i.        Undang-undang Malaka (Liau Yock Fang,1976)
Naskah Undang-undang Malaka, jumlahnya cukup besar,tidak kurang dari 44 buah naskah.
j.        Arjunawiwaha (Supomo,1977)
Jumlah naskah Arjunawiwaha lebuh dari dua puluh buah,yang berasal dari Jawa,Bali dan Lombok.
k.      Hikayat Sri Rama (Achadiati Ikram,1978)
Edisi yang disajikan oleh Achadiati Ikram berdasarkan pada naskah Laud 291.Naskah tersebut, dipilihnya karena umumnya paling tua(sebelum tahun 1633) diantara 24 naskah yamg meliputi jangka waktu kira-kira dua setengah abad.
l.        Adat Raja-raja Melayu (PanutinSudjiman,1979)
Pengedisian Adat Raja-raja Melayu, melibatkan dua buah naskah yang berada di Singapura.
m.    Hikayat Indraputra (Rujati Mulyadi,1980)
Diketahui terdapat sebanyak tiga buah naskah, yang kesemuanya ditulis dalam bahasa Arab, kecuali satu buah naskah ditulis dengan menggunakan huruf Latin.


BAB V
Filologi dan Kebudayaan
A.    Pengertian
            Filologi merupakan pengetahuan tentang sastra secara luas.Seorang Filolog harus mempunyai bekal pengetahuan yang beraneka ragam,terutama pengetahuan bahasa yang menjadi sarana penelitiannya.Pengetahuan yang luas itu mutlak diperlukan oleh seorang filolog,karena jangkauan studi filologi meliputi aspek kebahasaan,kesastraan,dan kebudayaan.Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia,serta menjadi sumber untuk menilai,yaitu penilaian baik dan buruk,berharga / tidak ,bersih atau kotor,dll.Kebudayaan mengandung nilai-nilai moral yang bersumber pada pandangan hidup dan kode etik yang dimiliki oleh setiap manusia.
            Kebudayaan yang ada sekarang,pada dasarnya melalui tiga tahap,yaitu (1)Mistis ialah suatu tahap yang sikap manusianya terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya,(2)Ontologis ialah tahap yang sudah melalui tahap mistis,sehingga sikap manusianya sudah secara bebas ingin meneliti segala hal diluar dirinya,(3)Fungsional ialah tahap yang berada di atas tahap Ontologis,yaitu tahap yang sikap dan alam pikiran manusianya sudah nampak semakin modern (van Peursen,dalam Baried 1985:87).
B.     Filologi dan Kebudayaan Nusantara
            Keanekaragaman bahasa dan sastra daerah sebagai warisan nenek moyang yang tidak ternilai harganya,merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Indonesia.Beraneka ragam kebudayaan daerah tersebut merupakan alat penunjang untuk memperkaya kebudayaan Indonesia pada umumnya.Kebudayaan Hindu dan Budha dibawa ke Nusantara oleh orang-orang India dalam tiga gelombang,yakni awal abad ke-4,abad ke-8 sampai ke-9,dan abad ke-11.Selama berabad-abad Nusantara berada di bawah kekuasaan Hindu dan Budha.Orang India telah memperkenalkan tulisan Palawa dan Nagari.
            Pada abad ke-13, agama Islam datang ke daerah Nusantara,yang dibawa oleh para pedagang India,yang kebanyakan pengikut pelbagai tarekat,seperti:Qadiriah, Naqsyabandiyah, dan beberapa tarekat kecil yang terpusat pada seorang syeh / guru tasawuf.Ciri asasi dalam kenyataan sejarah ialah bahwa kebudayaan Nusantara cenderung berkembang disepanjang pantai timur Sumatra sampai sepanjang pantai bai Semenanjung Malaka dan daratan rendah pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur.
            Kakawin Ramayana merupakan sastra Jawa Kuna tertua, yang ceritanya mirip dengan Ramoyana Walmiki. Cerita itu diperkirakan berasal dan abad ke-9 sekitar waktu dibangun, baik candi Borobudur yang bercorak Hindu, maupun candi Prambanan yang bercorak Hindu-Syiwa. Pulau Jawa memasuki kemajuan kebudayaan pada tahun 1000. Sebagian epos India diambil alih ke dalam bahasa Jawa, misalnya cerita Mahabharata ditulis kedalam bahasa Jawa.
Cerita-cerita yang diangkat dan Mahabharata dan ramayana,seperti Hikayat Pandawa Lebur, Hikayat Angkawijaya, Hikayat Sri Rczma, dll dalam kesusastraan Melayu, masuk melalui kesusastraan Jawa. Pulau Sumatra memiliki dasar ekonomi penanaman menca, perdagangan, buruh, dan berburu. Kegiatan ekonomi masyarakat Sumatra dapat menjadi dasar peradaban dan kebudayaan mereka yanh khas.Kedatangan Islam kepulauan Nusantara merupakan ciri zaman baru dalam sejarah yang dengan tegas membawa rasionalisme dan pengetahuan akliah serta menegaskan suatu sistem masyarakat yang berdasarkan kebebasan orang perorangan, keadilan,  dan kemuliaan kepribadian manusia.
Pada abad ke-16 dan ke-17 Aceh mencapai zaman keemasan yaitu pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Musa dan masa pemerintahan Iskandar Thani.Ada juga sastra Islam Melayu yang berupa saduran/terjemahan dari Arab.Persi/India,anatara lain :
·         Hikayat para Nabi sebelum Nabi Muhammad
·         Hikayat nabi Muhammad dan para sahabatnya
·         Legenda Islam
·         Pahlawan Islam
C.    Filologi Sumber Inspirasi Pengembangan Kebudayaan
            Sastra lama merupakan sumber ilham yang sangat dibutuhkan bagi pengembangan kebudayaan.Dengan demikian,studi filologi terhadap sastra lama sangat besar bantuannya bagi pengembangan kebudayaan Indonesia,yang terdiri atas kebudayaan daerah,kebudayaan umum dan lokal,serta kebudayaan nasional,yang masing-masing memilikicorak tersendiri.Tujuh unsur kebudayaan yang dikenal masyarakat,adalah (1)Sistem teknologi, (2)Sistem mata pencaharian, (3)Sistem kemasyarakatan, (4)Bahasa, (5)Sistem pengetahuan, (6)Religi,dan (7)Kesenian.
            Pembangunan dan pengembangan kebudayaan memerlukan tiga macam sumber yang dapat memberikan unsur-unsur baru, yaitu (1)Daerah, kekhususannya sastra daerah, yang menjadi bagian objek filologi, (2)Nasional yang terkuat dalam mempengaruhi pembangunan dan perkembangan kebudayaan Indonesia adalah pemerintah Indonesia/pemerintah pusat,  (3)Internasional yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia amat luas lingkungannya, karena meliputi seluruh kebudayaan yang ada disunia luar Indonesia. Pendekatan pengembangan kebudayaan Nasional Indonesia harus berorientasi kepada:
·         Sejarah bangsa dimasa lampau
·         Kenyataan-kenyataan sosial budaya masa kini
·         Cita-cita Nasional pada masa yang akan datang, yang secara keseluruhan yang pada hakikatnya didasarkan atas visi kebudayaanyang bersumber kepada Pancasila dan UUD’45
Identitas suatu bangsa didasarkan atas kebudayaannya.Kebudayaan Indonesia berakar pada sejarah.Sastra lama merupakan sumber yang kaya untuk menggali unsur-unsur spiritual.Ada tiga manfaat yang dapat ditentukandalam mempelajari sejarah, yaitu:
·         Memberikan pendidikan
·         Memberikan ilham/inspirasi
·         Memberikan kesenangan/pleasure
Naskah Tajussalatin dan Bustanussalatin yang berisi pedoman pemerintahan yang diuraikan berdasarkan sejarah Islam, merupakan karya sastra lama yang memberi pelajaran tentang kewajiban-kewajiban secara moral yang harus dilakukan oleh para Raja, Mentri, Hulubalang, Bendahara, Penulis, para Duta dan pejabat kerajaan lainnya terhadap Allah dan rakyat, demikian juga sebaliknya, bagaimana kewajiban yang harus dilakukan oleh rakyat terhadap allah dan negara.


¡Compártelo!

0 komentar:

Posting Komentar

 
SAMILEREN Copyright © 2011 | Tema diseñado por: rufren | Con la tecnología de: Blogger